
Kamu pasti pernah mendengar tentang skincare overclaim di media sosial, bukan? Topik ini semakin ramai dibicarakan oleh para beauty enthusiast, terutama setelah beberapa dokter kecantikan mulai mengungkap produk skincare overclaim yang beredar di pasaran.
Hal ini tentu membawa dampak signifikan, baik bagi konsumen maupun brand kecantikan itu sendiri. Kepercayaan konsumen dalam memilih produk skincare akan semakin memudar akibat banyaknya brand kecantikan yang menggunakan praktik ini. Akibatnya, reputasi brand tersebut juga akan terpengaruh dan mengalami penurunan penjualan.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan overclaim? Bagaimana dampak buruknya bagi konsumen dan brand jika strategi ini terus dilakukan? Yuk, simak artikel berikut untuk penjelasan selengkapnya!
Apa itu Overclaim?

Menurut kamus bahasa Inggris Merriam-Webster, overclaim berarti klaim yang berlebihan. Biasanya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan produk yang melebih-lebihkan klaim atau keunggulannya. Hal ini dapat berupa ketidakcocokan persentase kandungan bahan yang tertera pada label dengan hasil uji sebenarnya.
Tujuan dari overclaim ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk agar laku di pasaran. Misalnya, sebuah produk toner wajah mengklaim mengandung niacinamide 5%. Namun, setelah diuji di laboratorium, ternyata kandungan niacinamide dalam toner tersebut hanya 1%. Klaim seperti ini dianggap berlebihan karena informasi yang tercantum tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya.
Jika praktik ini terus dilakukan oleh suatu brand, hal ini berpotensi merusak hubungan antara brand dan konsumennya. Selain itu, konsumen akan cenderung memberikan stigma negatif terhadap produk sejenis.
Dampak Overclaim untuk Konsumen

Overclaim pada produk skincare memiliki dampak yang signifikan bagi konsumen, terutama dalam hal kepercayaan, keamanan, dan efektivitas produk. Berikut adalah tiga dampak utama dari skincare overclaim bagi konsumen:
1. Mengurangi Keefektifan Produk
Produk dengan klaim berlebihan sering kali tidak memberikan hasil sesuai yang dijanjikan. Misalnya, serum yang mengklaim “mencerahkan dalam satu minggu” mungkin tidak memberikan hasil nyata dalam waktu tersebut. Akibatnya, konsumen merasa kecewa dan kehilangan kepercayaan terhadap brand tersebut.
Selain itu, overclaim skincare juga seringkali dilakukan dengan persentase kandungan yang tidak sesuai pada label. Jika persentase aslinya lebih rendah, maka manfaat dari produk tersebut juga tidak optimal bagi konsumen.
Menurut sebuah studi dari Journal of Consumer Research, klaim yang tidak realistis dapat menurunkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap sebuah brand dan produk serupa.
2. Perubahan Tekstur Kulit
Penggunaan bahan aktif seperti retinol atau eksfoliator tanpa konsentrasi yang tepat dapat menyebabkan kulit mengelupas, kering, bahkan menjadi lebih sensitif. Hal ini biasanya terjadi karena konsentrasi bahan aktif dalam produk tidak sesuai dengan kebutuhan kulit atau melebihi batas aman. Berdasarkan pedoman BPOM, penggunaan bahan aktif dalam produk kosmetik harus sesuai dengan takaran yang diizinkan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
3. Risiko Efek Samping yang Tak Terduga
Produk overclaim sering kali tidak memberikan informasi lengkap tentang risiko yang dapat ditimbulkan. Misalnya, produk yang mengandung bahan pemutih tertentu tanpa keterangan penggunaan yang tepat dapat memicu alergi, iritasi, atau bahkan masalah kulit jangka panjang seperti hiperpigmentasi. Menurut American Academy of Dermatology (AAD), penting bagi konsumen untuk membaca dan memahami label produk agar terhindar dari risiko efek samping yang tidak diinginkan.
Dampak Overclaim untuk Brand Kecantikan

Tidak hanya berdampak pada konsumen, brand kecantikan yang menggunakan overclaim sebagai teknik marketingnya juga menghadapi berbagai konsekuensi negatif. Berikut adalah tiga dampak yang dihasilkan dari overclaim produk bagi brand kecantikan:
1. Kehilangan Kepercayaan Pasar
Produk yang tidak memenuhi klaimnya cenderung membuat konsumen kehilangan kepercayaan terhadap brand tersebut. Menurut survei Nielsen Global Trust in Advertising, konsumen sangat memperhatikan transparansi klaim produk. Ketidakjujuran suatu brand dapat berdampak buruk pada reputasinya dalam jangka panjang.
2. Tuntutan Hukum
Overclaim dapat menyebabkan masalah hukum, terutama jika produk gagal memberikan hasil yang dijanjikan atau membahayakan konsumen. Di Indonesia, UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 mengatur bahwa pelaku usaha dilarang membuat klaim yang menyesatkan. Brand yang terbukti bersalah dapat menghadapi denda, tuntutan hukum, atau bahkan larangan penjualan produk.
3. Penurunan Penjualan
Ketidakpuasan konsumen terhadap produk overclaim dapat berdampak langsung pada penjualan. Menurut data dari compas.co.id, brand yang terkena dampak produk overclaim mengalami penurunan penjualan secara drastis hingga 82%. Hal ini dikarenakan konsumen cenderung beralih ke brand lain yang lebih terpercaya. Selain itu, penurunan penjualan ini seringkali diikuti oleh meningkatnya ulasan negatif di media sosial dan platform e-commerce, yang semakin memperburuk citra brand.
Buat Produk Skincare Berkualitas dan Terhindar dari Overclaim Hanya di PT Belle Amanah Sejahtera!
Sekarang sudah jelas kan bahaya overclaim pada produk skincare? Dengan adanya penjelasan ini, diharapkan kesadaran konsumen akan transparansi produk semakin meningkat dan para brand memastikan kualitas serta keakuratan setiap klaim produk yang dijual.
Jika kamu ingin membuat produk skincare berkualitas tanpa overclaim, kamu bisa maklon di PT Belle Amanah Sejahtera. Kami menyediakan layanan maklon kosmetik yang dapat membantu kamu mulai dari konsep, formulasi, produksi hingga pengemasan. Bersama tim Product Development dan RnD profesional kami siap mewujudkan produk sesuai preferensimu. Yuk, hubungi kami untuk konsultasikan produk impianmu sekarang!
Hubungi tim konsultan PT Belle Amanah Sejahtera sekarang:
- WhatsApp: 0851-5485-5435
- Email: kosmetikbelle@gmail.com
- Website: https://belleamanahsejahtera.com